Oct 9, 2013

9

Aku ingat masa kecilku. Ketika aku pandai melukis mimpi diatas kanvas angan-angan yang masih putih bersih. Ditemani dengan kuas mungil yang kupegang dengan tangan kecilku. Aku menorehkan warna-warni penuh mimpi yang membubung tinggi. Bersama siratan doa yang selalu kurapal agar kelak aku bisa bahagia, layaknya dongeng-dongeng yang sering kubaca.

Kuas ku pun terus berlari diatas kanvas yang kini telah terisi berbagai gambar atas mimpi-mimpi. Aku masih belum lelah merangkai angan-angan ku. Namun ada satu hal yang sempat kuacuhkan. Waktu. Waktu pun sama sepertiku, tak pernah lelah berlari. Bahkan berlari lebih cepat dari yang kukira.

Hingga akhirnya, sebuah garis hitam tak sengaja menodai kanvasku. Lantas kucoba hapus dengan berbagai warna, namun garis hitam itu tak juga hilang meski telah tersamar. Selalu ada saja, orang-orang yang menyadari bekas garis hitam itu. Tanpa peduli bagaimana caraku untuk menghapusnya. Lalu, terus-menerus, ada lagi garis hitam lain yang tertorehkan. Sampai aku pun terduduk lemas, lelah. Kesadaran seakan menohokku keras-keras. Kanvasku begitu kotor dan tak lagi terlihat indah. Ada banyak warna kelam disana. Membuatku tak lagi berani menengok kanvas milikku sendiri.

Lantas meninggalkannya. Jauh ke belakang.


Aug 7, 2013

8

Mungkin salahku yang tidak pernah berani mengungangkapkan. Atau salahmu yang tidak pernah bertanya?

Darling, 
I know your heart's seen better times. 
I know our songs had better rhymes. 
Before today... 


Bukankah kita pernah melangkah bersama untuk lebih dekat? Meraih sesuatu yang dulu sama-sama kita rasa? Namun, ternyata dirimu tak pernah menampakkan sebuah bukti yang bisa membuatku tidak berpaling darimu. Hingga ada seseorang yang dapat mengurai senyumku lebih lebar. Dan membuatku, berjalan menjauh darimu. 


Darling, 
I guess I made the wrong mistakes. 
I understand if you need your space. 
Please take your time.
Before you go away, so far away, 
You need to realize.


Aku tidak pernah merasa benar karna berpaling darimu. Permata yang dulu aku pilih ternyata tidak lebih baik dari kayu yang kau tawarkan. Aku mengerti kau kecewa. Aku tahu aku tak lagi pantas mengharapkan dirimu kembali. Tetapi, jangan seperti ini. Kau menghidupkan asa yang mengepul kecil dalam hati ini, lantas pergi dan kemudian menerobos masuk lagi. Dan sekarang, kau meninggalkanku lagi. Sendiri. 


Baby, it's not just you. 

You know it hurts me too. 
Watching you leave, 
With tears on your sleeve.
Don't you notice that mine aren't exactly dry?


Penyesalan karna membuangmu mengurungku. Membuatku merenung dan menyadari, bahwa aku tidak ingin kehilangan dirimu. Aku bahkan tidak tahu lagi, bagaimana caranya melepas rasa ini. Rasa bersalah kah? Rasa sayang kah? Atau hanyalah rasa semu yang tidak akan berarti nantinya? Mungkin dulu kau terluka karna ku. Dan kini, aku terluka karena mu. 


Baby, it's not just you. 
That's hurting, 
It's me too. 


Sekarang aku merasakannya. Sakit.


Please don't forget the good days with me.
 I can make back the heart aching beat.
When it gets dark and it's hard to see, 
I'll turn on the lights. 


Aku manusia biasa sepertimu. Aku memiliki harga untuk setiap jengkal rasa yang kupunya. Lantas, haruskah aku memohon didepanmu untuk kembali? Haruskan aku berjanji, untuk tidak akan kemana-mana lagi untuk membuatmu tetap disini? Aku mungkin bukanlah orang yang paling menyayangimu. Tetapi aku hanyalah satu dari segelintir orang yang tidak ingin kehilanganmu. Yang ingin kau pedulikan juga. Punyakah aku hak untuk memintamu untuk setidaknya tidak melupankanku? Aku sama seperti yang lain. Benci dilupakan. Benci diabaikan. 


Before you go away, so far away.

I really need you to know.

Baby it's not just you. 

You know it hurts me too. 
Watching you leave,
With tears on your sleeve.
Don't you notice that mine aren't exactly dry?


Kurangkah segala macam morse yang aku kirimkan untuk membuatmu sadar. Hey, aku disini! Menyayangimu disini! Merindukanmua disini! Bertanya, bagaimana kabarmu disana? Aku juga terluka. Tidakkah kau bisa mendengar rintih rasa sakit ini? Atau mungkin, peduli kah dirimu atas apa yang aku rasakan?

I'm not giving up.
You don't have to leave, 
I am willing to beg 'til I break my knees, 
I believe in us, 
Don't give up on me, 
I know that you're hurting. 
And I'm sorry for the pain, 
I promise that I'll change, 
Forgive me, forgive me.

Aku tahu rasanya menyakitkan. Benar kan? Kau pernah merasakannya juga kan? Tetapi aku tidak menyerah. Rasa ini masih belum bisa dikalahkan oleh waktu. Dulu, ketika aku berpaling, kau menyerah bukan? Kali ini aku tidak begitu. Tidak peduli bagaimana kau mengacuhkanku. Aku masih disini. Tetap berdiri disini. Menunggu. Aku meminta maaf, atas segala pengacuhan yang dulu aku lakukan padamu. Sungguh, aku meminta maaf. Mungkin, aku terlalu egois, memintamu kembali padahal telah membuangmu. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu ketika semuanya baik-baik saja. Sungguh.

Baby, it's not just you 
Baby, it's not just you 
Baby, it's not just you 
It's me too.

  
Ah, ternyata  memang tidak ada yang bisa disalahkan. Takdir pun tak bisa disalahkan. Iya kan?



(Not Just You - Cody Simpson)


Inspired by - my lovey dovey ex-chairmate yang masih galon.

Aug 1, 2013

7





Kalau berlari semelelahkan ini, lebih baik aku berjalan. Tetapi dengan berjalan, kaki itu justru terasa sakit untuk melangkah. Bagaimana dengan berhenti? Tidak, lebih baik aku berbalik dan meniti jalan dengan pelan-pelan. Dibandingkan berhenti, dan, hanya menjadi penonton perjalanan orang lain? Tidak. Aku ingin menjadi bagian dari perjalanan itu. Bahkan perjalananku sendiri.

Kadang aku bertanya, pada bagian hidup yang mana orang memutuskan untuk menyerah, kalah, dan berhenti. Lantas, menjadi penonton setia kebahagiaan dan tangis orang lain. Kadang menjadi penonton saja tidak cukup. Kau hanya bisa melihat, mendengar, -mungkin bisa merasakan. Kau mungkin penonton yang baik, tetapi kau bukanlah perasa yang baik. Jadi, jagalah tutur katamu agar tidak merusak keadaan orang lain. Karna kau tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya. 

Ketika tangismu terurai, bukan karna kesedihan yang luar biasa. Tetapi karna segelintir kebahagiaan yang begitu mengharukan. 

Ketika tawamu pecah, bukan karna kebahagiaan yang tak dapat dibendung. Tetapi karna kepedihan yang menyayat. 

Ketika bibirmu berkerut cemberut, bukan karna marah akan sesuatu. Tetapi karna hal kecil yang manis tetapi menyebalkan. 

Sesekali, cobalah berjalan. Menguntai jalan setapak untuk kehidupanmu sendiri. Merasakan setiap jengkal rasa sakit dan kebahagiaan yang menaik turunkan emosi mu. Kadang beberapa orang mengawali sesuatu dengan ketakutan, dan kadang pula hal itu tidak berakhir dengan begitu baik. Bukan kau yang harusnya takut pada keadaan. Tetapi keadaan yang takluk dihadapanmu. Kau bisa jadi adalah bagian dari mimpi seseorang. 

Dengan begitu, tetaplah berjalan. Tidak perlu berlari untuk cepat sampai. Cukup rasakan setiap gelenyar rasa pada setiap sel tubuhmu ketika kau menghabiskan setiap detik mu bersama orang yang kau sayang. Ketika kau merasakan sakit karna terjatuh oleh kerikil kecil. Bangunlah, dan berjalan lagi. Dan terus berjalan. 



Jun 27, 2013

6

Teruntuk angin,
Aku lagi-lagi ingin bercerita
Bukan tentang kisah para pujangga
Tetapi hanya bagian kecil sebuah cerita
Yang pernah terekam baik oleh mata
Lantas berubah menjadi gugusan tak bermakna

Aku pernah kehilangan
Seseorang yang masih bisa teraih tangan
Namun keberadaannya terasa diatas angan
Dia seharusnya mendampingi setiap langkahku
Mengajarkan caraku berseru
Menuntunku menghirup udara baru

Kubiarkan namanya tertumpuk jerami
Meski bahkan dirinya tak peduli
Bahwa dirinya masih dinanti
Aku tetap menyimpannya disini
Menyayanginya tetap dihati

Aku bahkan lupa bagaimana cerah senyum mu
Binar mata mu, hangatnya pelukanmu
Aku terlalu takut mengingatmu
Karna telalu banyak pahit tentangmu
Biarlah aku menyayangi seseorang yang terlalu semu.

Angin,
Tolong sampaikan pesanku padanya
Aku menyayanginya, meski sering kali ku coba menghapus bayangnya
Ia sudah menyakiti terlalu jauh orang yang kusayangi
Tetapi dirinya berdiri terlalu kokoh didasar hati ini
Hingga telah kujaga utuh-utuh rasa ini,
Agar ketika ia kembali,
Masih tersisih rasa untuk dirinya,yang terlalu abu-abu.
Karna disini,
Aku menunggu.


Angin,
Berikanlah dirinya sejuknya pagimu
Jagalah dirinya dari dinginmu yang menusuk
Sampaikanlah pelukanku yang lama hilang dari rengkuhannya
Sekali lagi, aku menyayanginya.


Love,
Your beloved daughter,
Ridha Rizkia.

Jun 25, 2013

5

Laut biru itu terlihat begitu menggoda
Seakan meminta separuh tubuh ini mengikuti arusnya
Suara debur ombak yang memabukkan
Aku pernah mengarungi laut biru itu
Berkali-kali, tetapi aku sering kali tertinggal bahkan tenggelam
Hingga akhirnya aku berenang ke daratan, sendirian
Tetapi kini, ada kau yang menuntun tangan ini untuk mendekat
Hingga aku terlena, dan akhirnya melawan debur ombak yang menampar.

Aku pun tersadar, aku berenang terlalu jauh...dan jauh
Sedangkan kau? Kembali ke daratan, meninggalkanku
Sampai pada akhirnya, aku tenggelam, dan lagi-lagi sendirian
Rasanya sesak, menusukku hingga dasar terdalam
Aku tidak lagi tahu cara mengayunkan kaki ku untuk ke daratan
Seharusnya, aku tidak mengikuti langkah kaki mu yang begitu manis
Seharusnya, kau yang mengulurkan tanganmu untuk menarikku ke daratan
Seharusnya, kau....tidak meninggalkanku

Dan ternyata, kata ‘seharusnya’ itu hanyalah harap semata
Lalu, disinilah aku. Bersama sebuah ketenangan setipis kertas
Bersama keberanian sekeras besi
Dan kesendirian dalam sebuah kebisingan laut malam
Laut biru itu, sering orang bilang sayang
Terimakasih telah menenggelamkanku dengan rasa sayang padamu
Tetapi kini aku telah mampu bernafas tanpa tuntunan darimu
Terimakasih telah meninggalkanku

Hingga nanti, aku akan berenang mengarungi laut biru yang lain, dan bersama yang lain juga. 

Jun 12, 2013

4

Aku ingin menjadi matahari.
Yang memberi seluruh yang kumiliki pada pagi hari.
Lalu lelah dan terbenam dengan tenang kala sore hari.

Aku ingin menjadi hujan.
Yang turun lantas meninggalkan jejak untuk diingat.
Lalu hilang dan menyisakan memori.

Aku ingin menjadi laut.
Yang memiliki keindahan dibawah gelombangnya.
Namun dapat berubah ganas ketika terusik.

Meskipun begitu,
Aku tetap ingin menjadi diriku.
Yang sering tertawa dalam diamnya.
Yang besar bersama sunyi yang terisi oleh kebisingan.
Yang mempunyai rasa dan amarah

Dan memiliki mereka, yang selalu menyayangiku sebagaimananya.





Jun 3, 2013

3

Hai langit malam, teman lama ku. Aku ingin bercerita...

Satu lagi bagian dari hidupku, mungkin akan selesai. Meninggalkan memoar yang aku tahu, akan menjadi kenangan yang terlalu indah untuk aku lupakan. Sungguh, aku tidak ingin terlalu cepat dewasa. Aku merindukan masa kecilku. Ketika aku tidak perlu peduli apa-apa. Kini, aku terlalu peduli pada banyak hal. Hingga aku juga terlalu tersakiti karna banyak hal.

Langit, aku memang tidak pernah sendiri. Tetapi sekarang aku bisa membusungkan dada padamu. Semakin banyak orang yang mampu membuatku merasa seperti baik-baik saja, meski kadang tidak begitu. Ada keluargaku, yang tak pernah luput dalam daftar doa ku pada Yang Kuasa. Ada sahabat-sahabatku, yang tak pernah henti mengurai tawa dalam sepi ku.

Banyak yang berubah. Waktu memang berjalan dengan seharusnya bersama takdir. Aku tidak tahu, semakin bergulirnya waktu, semakin sulit aku menapaki jalan kecil dalam hidupku. Aku manusia biasa yang kecil. Tidak ada seperempatnya dunia ini. Meski sering kali aku merasa beruntung, tetapi tetap saja sebagian dari ego-ku mengatakan, aku tidak suka hidup begini. Aku rindu dulu.

Langit, malam ini dingin. Bahkan tak ada bintang yang menjadi kawanmu itu. Padahal, aku butuh sebuah cahaya dalam balutan gelapmu. Sekecil apapun itu....







May 13, 2013

2

Sudah. Hadirnya telah tersapu oleh keputusasaan yang membeku. Terlalu banyak dirinya dalam bunga tidurku. Biarkanlah dirinya hanya menjadi bagian dari memori yang pernah hidup dan menemani. Biarkanlah dirinya hanya menjadi teman lama yang dirindukan sebagai kawan yang lama tak berjumpa. Biarkanlah bayang dirinya meluruh bersama setiap kata yang ku tulis tentang dirinya.

Aku memang lelah. Dan telah berulang kali aku mengatakannya. Sudah habis seluruh penyesalanku yang terbayar dengan waktu yang kuhabiskan untuk menunggunya. Dari dulu, sebenarnya aku bisa saja menghapus sebintik rasaku padanya. Hanya saja aku terlalu terlena akan sebuah gelombang rasa kala mengingatnya. Ada ketenangan dan kerinduan disana. Yang tak pernah berani aku sentuh untuk pergi.

Aku tak pernah mau berusaha. Karna kuanggap semuanya akan selesai dengan sendirinya. Sampai semuanya menjadi terlalu berlarut-larut dan semakin sulit dilepaskan. Detak yang dulu terasa hangat bersamanya kini telah gugur dan menghilang. Seiring ketiadaannya yang mulai terasa baik-baik saja itupun membawaku sampai ke titik benar-benar menyerah dan bebas. Dan sungguh, tak ada lagi yang tersisa disini untuknya.

Aku selesai. Dengan seluruh detik waktu dan rangkaian kata yang kubuat diatas namakan untukmya. Meskipun lagi-lagi harus berakhir dengan bungkam. Aku benar-benar selesai.
Semoga post-an ini adalah post terakhir tentangnya ya. Semoga saja.

Mar 23, 2013

1

Ya Allah, aku hanyalah hambaMu yang kecil. Yang hanya bisa meminta, meraung, mengeluh lantas bersujud padaMu.

Engkau yang semulia-mulianya pemaaf, hambaMu ini hanyalah manusia kecil yang sering kali mengulang dosa. Yang sering kali lupa bersyukur, yang sering kali terlalu sombong hingga lupa berdo'a.

Engkau yang sebaik-baiknya mengasihi, memberi nikmat lantas menorehkan cinta pada setiap umatnya.

Engkau yang mendengar yang tak terucap

Aku sungguh meminta padaMu Ya Allah..

Cintailah mereka yang aku sayangi. Berikanlah mereka secuil kebahagiaan dariMu. Agar tak ada lagi tangis yang perlu ku hapus. Agar tak ada lagi perih yang perlu mereka toreh.

Ya Allah...

Jadikanlah aku hambaMu yang tak pernah lupa bersyukur.

Bukan untuk Kau limpahkan nikmat, melainkan untuk mengingatkanku agar tak lagi membandingkan hidupku dengan milik yang lain.

Jadikanlah aku hambaMu yang tak pernah lupa mencintai.

Mencintai Engkau Sang Pencipta, agar tak ada lagi benci dan maki yang mulut dan hati ini ucap. Agar tak ada lagi dengki dan iri.

Ya Allah...

Aku ini hambaMu yang pelupa. Yang masih berteman dengan dosa. Lantas menjadi kalut dan lupa kebesaran Engkau. Aku ini hambaMu yang pelupa. Lantas menyalahi masalah, dan menganggap aku hanyalah manusia tak beruntung semata.

Mar 1, 2013

0


Jadi ceritanya, katanya ibu basecamp, gue disuru galau. jadi ya gue galau beneran.

Ketika kamu terlalu menyayangi seseorang melebihi diri kamu sendiri.

Ketika menyayangi dan meninggalkan sama menyakitkannya.

Aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah serpihan masa lalu yang dulu pernah kita miliki.

Ah ya, kita? Aku lupa, kita telah berubah menjadi aku dan kamu. Astaga, pantas sebenarnya dari awal pun tak pernah terbentuk 'kita' bukan?

Detak kala bersamamu telah melebur seiring berjalannya waktu. Tetapi terganti dengan sebuah rasa kehilangan yang semakin lama membentuk gelembung yang semakin besar.
 
Aku terbiasa, mendengar tawa yang dulu selalu kau umbar.

Aku terbiasa, mendengus keras karna kelakuanmu yang dulu menyebalkan.

Aku terbiasa, menatap segaris senyummu yang dulu untuknya.

Dan kini, kebiasaan itu hilang. Tetapi aku justru merindukannya.

Lucu ya. Tangan ini sudah terlalu fasih menulis tentangmu. Berbeda dengan mulut ini, yang terlalu bisu untuk berbicara lagi denganmu. 

Tahukah kamu, sebanyak apa keping hati ini terbuang untukmu? Tahukah kamu, selebar apa senyum ini ketika membaca pesanmu? Pernahkah kau peduli? Pernahkah kau sadari?

Emang gak ada abisnya ya kalo nginget elo. Otak gue aja udah overdosis gara-gara kenangan-kenangan kampret yang elo tinggalin itu. Kampret...banget

Feb 27, 2013

-1


Masih adakah bahu untukku bersandar itu?
Masih adakah tangan yang sering mengusap airmata ini?
Masih tersisakah tempat disudut hatimu untuk orang sepertiku?

Aku memedulikanmu lebih dari apa yang pernah kau lihat
Aku menyayangimu lebih dari apa yang pernah  kau tahu
Aku menempatkanmu ditempat yang berharga dihidupku

Waktu itu memang kadang jahat ya?
Memaksa berbagai hal berjalan menjadi kenangan
Termasuk dirimu. Yang telah ikut terbawa oleh Sang waktu dan perubahan.

Dulu, aku membusungkan dada karna memilikimu
Dulu, aku menegakkan kepala karna kau dihadapanku
Dulu, aku merasa beruntung karna mengenalmu

Maaf, kalau aku egois, menilai diriku yang terbaik
Maaf, kalau kadang justru aku yang sering tak ada untukmu
Maaf, kalau aku yang selalu merepotkanmu

Tetapi terimakasih, atas segala yang pernah kau berikan
Terimakasih atas kenangan yang pernah kau tinggalkan
Terimakasih atas pelajaran tak kasatmata yang kau berikan


Tertanda, seorang sahabat yang telah mulai berjalan pergi....

Feb 26, 2013

-2



Hanya sepenggal kenangan, yang masih tercecer jelas diingatan
Hanya seringai tawa, yang masih terasa manis dimulut 
Hanya seisak tangis, yang masih basah dipangkuan 

Tetapi hanya itulah yang membuat saya tahu, bahwa mereka memang disini untuk saya 
Menyediakan bahu untuk saya 
Memberikan peluk untuk saya 

Ternyata harus ada sebuah kejujuran dibalik persahabatan
Setelah tangis yang dilebur tawa dan prahara 
Akhirnya, terurai sudah semuanya yang terhalangi kabut keputusasaan

Deretan kalimat yang lama tertahan itupun, terlontar juga
Membebaskan sesak 
Menghidupkan asa 
Menyambung kebersamaan

Mungkin memang mereka tak seindah kumpulan kata ini 
Tetapi mereka memang berharga. Dan memang patut diperjuangkan. 
Mungkin mereka bukan yang terindah, tetapi mereka yang terbaik yang pernah saya dapatkan. 



Feb 25, 2013

-3

Menunggu itu menyebalkan ya?
Tetapi justru, banyak orang yang melakukan hal menyebalkan itu.

Rumah itu masih sama. Rumah itu, kamu. Dengan tirai tertutup dan pintu jati yang enggan terbuka. Terimakasih karna kau telah menyediakan kursi untukku menunggu. Bahkan hingga kursi itupun lapuk digerogoti rayap, kaki ini tetap bersimpuh didepan pintu jati itu. Menunggu untuk kesekian kalinya, untuk kesekian lamanya. Yang bahkan tak ada setetes tinta pun yang menjamin pintu jati itu akan terbuka. Dan sampai kumpulan kata ini pun terbentuk, pintu itu pun tetap tidak pernah terbuka.

Aku masih sama. Si Penakut yang hanya bisa bersembunyi dibalik pilar keegoisan. Yang hanya menikmati perasaannya untuk dirinya sendiri. Ah, menikmati? Benarkah rasa ini harus kubagi? Padahal, kau sendiri telah memiliki perasaan yang sudah kau bagi dengan yang lain. Masih memerlukan kah kau keping-keping rasa penuh harap ini? Yang meski dalam diam, masih berharap kau sudi tuk mengambilnya.

Aku memang Si Penakut yang tak pernah mampu menggerakkan kakinya untuk maju meski hanya selangkah. Aku memang Si Penakut yang tertunduk kala melihat segelintir kebahagiaanmu bersamanya. Aku memang Si Penakut yang mempunyai seribu satu alasan untuk membisu.

Tetapi aku juga Si Pemberani. Yang berani menanggung sakit hanya karna melihat siluet senyummu dengannya. Yang berani tetap berhadapan denganmu, meskipun sering kali kau lempari kerikil yang menyakiti. Yang berani ikut tertawa denganmu, ketika mendengar ceritamu tentangnya. Yang berani menyukaimu, meskipun tanpa balasan sekalipun.

Ternyata benar ya, alasan lelah tak mampu membuatku berhenti. Seletih apapun kaki ini melangkah, mata ini memang masih tertuju pada sosokmu.

Feb 4, 2013

-4

Saya cuman mau menyampaikan, bahwa saya merindukan mereka.
Mereka yang dulu dan sebenarnya sampai sekarang, masih saya sayangi.
Tetapi ternyata perubahan itu benar-benar datang dan mengubah kami.
Ah, saya sendiri tidak tahu. Masih bisakah saya menyebut 'kami'?

Untuk teman-teman saya tersayang.
Kalian begitu berharga, hingga saya mulai belajar cara melepaskan.


Jan 31, 2013

-5






Aku yang lebih dulu mengenalmu
Menghafal wajahmu
Mendengar suaramu
Menulis, tentang dirimu

Aku yang lebih dulu menyukaimu
Jatuh untukmu
Menangis karnamu
Dan tertawa dibuatmu

Tetapi nyatanya, 
Batu karang ini memang tidak sebanding dengan mutiara miliknya
Bongkahan rasa ini, 
Tidak sama berartinya dibanding senyumannya
dan tangis ini, 
Bukanlah apa-apa. Sungguh, tidak apa-apa

Entah kau sadar atau tidak
Sejak dulu, dan entah sampai kapan
Ini untukmu, dan akan selalu tentang dirimu


Dari kawan lama mu, yang masih menunggu.