Oct 8, 2016

19

Malam ini, aku mengintip dibalik jendela. Hujan yang menderas, mengingatmu disetiap rintiknya.

Rinduku sudah menjadi badai, bukan lagi gerimis kecil yang biasa kita lewati dengan berlari-lari.
Lampu kota mengingatkanku denganmu yang sering berjalan di trotoar dengan senyum bulan sabit andalanmu. Katamu, dunia ini indah. Aku hanya tertawa mendengarnya, salah satu yang membuat duniaku indah adalah kamu.

Suara detik jam mengingatkanku akan keheninganmu kala itu. Yang hanya terdiam dikursi dengan kerutan di dahi. Katamu, hidup ini sulit. Aku hanya tertawa mendengarnya, mencintaimu juga sama sulitnya.

Pepohonan rindang mengingatkanku denganmu yang menarikku untuk duduk dibawahnya. Katamu, pergi lebih baik. Aku lagi-lagi hanya tertawa, aku bukan lagi apa-apa.




Sep 27, 2016

18

Kau sajak-sajak puisiku
Doa-doa kecilku
Rintihan tangisku

Kau luka yang menganga
Perih yang memerah
Pilu yang terlalu

Tahukah kamu?

Langit bukan lagi tempatku pulang
Lenganmu terasa lebih hangat dari itu

Laut bukan lagi tempatku berenang
Matamu terasa lebih menghanyutkan dari itu

Dan rumah, bukan lagi tempat yang sama
Jika bukan dalam rengkuhmu


Jul 16, 2016

17

Senyum atau tawa
Aku tak bisa memilih jika itu milikmu
Mata atau bibir
Bagaimana aku bisa mengalihkan pandanganku dari sana?
Peluk atau kecup
Keduanya sama hangatnya.
Aku atau dia
Bukankah akan selalu dia yang jadi jawabnya?

Jun 15, 2016

16

Halo kamu, si paling aku rindukan.

Kamu tau apa yang lebih manis dari gulali? Tawa kamu. Aku pernah bilang kan, aku suka denger suara ketawa kamu. Apalagi kalau sebabnya karna aku. Aku pernah bilang juga kan, rasanya aku mau denger suara tawa kamu sampai seterusnya. Terus kamu jawab, emang aku orang gila apa ketawa terus? Padahal bukan, bukan kamu yang gila. Tapi aku. Gila karna tawa kamu. Candu ku.
Kamu tau gak gulali itu bisa bikin sakit gigi?  Iya, kamu juga bisa bikin aku sakit. Sakit sekali sampai rasanya udah gak manis lagi. Pahit. Tapi kok kamu gak ngasih aku obat sih? Dulu kalau aku sakit, kamu ada buat jadi obat aku. Sekarang kamu kemana? Kenapa lari?

Oh iya, aku lupa. Maaf ya. Aku lupa kalo kamu, menurut aku itu semanis gulali. Bahkan lebih manis lagi. Lebih berarti lagi.

Tapi, menurut kamu aku bukan apa-apa ya? Maaf kalau aku egois, cuman mau rasa manis kamu buat aku aja. Maaf kalau aku cuman bisa jadi penikmat manis kamu aja. Tapi kamu sendiri gak bisa merasakan manis waktu sama aku.

Hey, kamu udah menemukan penikmat mu yang lain. Sampaikan salamku ya. Bilangin ke dia, tolong jaga tawa kamu baik-baik. Aku gak mau candu ku sampai hilang, meskipun udah gak bisa aku nikmati lagi. Sampaikan juga sama dia, tolong buat kamu bahagia. Karna yang paling aku harapkan, kebahagiaanmu.

Dari, penikmat tawa mu.