Kamu tidak perlu menjadi api untuk lebur bersamaku.
Cukup menjadi senja, yang hangatnya kutunggu dalam sore.
Kamu tidak perlu menjadi laut yang menenggelamkan.
Cukup menjadi sungai, maka akan aku ikuti setiap arusnya.
Kamu tidak perlu menjadi badai yang meruntuhkan.
Cukup menjadi hujan, maka akan kucintai kamu di setiap rintiknya.
Aug 10, 2017
Apr 3, 2017
22
Mungkin, lagi-lagi ini tentangmu
Jika ini tentang seberapa besar rasa ku padamu
Maka, aku mencintamu tanpa titik
Rinduku padamu tanpa tetapi
Retak dalam dadaku terisi oleh namamu
Asa tentang kita kubiarkan jatuh hingga bisa kuinjak sendiri.
Jika ini tentang seberapa besar rasa ku padamu
Maka, aku mencintamu tanpa titik
Rinduku padamu tanpa tetapi
Retak dalam dadaku terisi oleh namamu
Asa tentang kita kubiarkan jatuh hingga bisa kuinjak sendiri.
Ini bukan lagi perihal memiliki
Aku hanya karang yang mengamati laut bercumbu dengan pantai
Aku adalah bumi yang menerima hujan berjatuhan
Aku bukan bintang yang kamu tunjuk kala malam
Aku tidak terselip dalam sujudmu
Aku adalah aku, yang mencintaimu berkali-kali.
Aku hanya karang yang mengamati laut bercumbu dengan pantai
Aku adalah bumi yang menerima hujan berjatuhan
Aku bukan bintang yang kamu tunjuk kala malam
Aku tidak terselip dalam sujudmu
Aku adalah aku, yang mencintaimu berkali-kali.
21
Puisiku kesepian malam ini
Aku meradang dalam keramaian ibukota
Resah melayang seiring asap rokok yang kuhirup perlahan
Nyanyian elegi mengalun lembut mengejek
Pengemis bersimpuh tak tahu malu
Akupun terduduk merenung
Anak kecil tertawa riang dengan balon ditangan mungilnya
Aku meradang dalam keramaian ibukota
Resah melayang seiring asap rokok yang kuhirup perlahan
Nyanyian elegi mengalun lembut mengejek
Pengemis bersimpuh tak tahu malu
Akupun terduduk merenung
Anak kecil tertawa riang dengan balon ditangan mungilnya
Gemuruh dalam dadaku menuntut jatuh
Rasa ku bagai badut dipasar malam
Aku mengiba dengan duka
"Adik, bisakah kau bagi sedikit kebahagiaanmu untukku?"
Aku layaknya pengemis tak tahu diri
Meluruh demi kebahagiaan yang tak pernah ku miliki.
Rasa ku bagai badut dipasar malam
Aku mengiba dengan duka
"Adik, bisakah kau bagi sedikit kebahagiaanmu untukku?"
Aku layaknya pengemis tak tahu diri
Meluruh demi kebahagiaan yang tak pernah ku miliki.
Feb 8, 2017
20
Aku pernah memperjuangkanmu untuk menjadi rumah.
Akupun pernah menanam serpihan benci, menolak rindu yang mengakar.
Lalu, kemarin aku mempertahankanmu untuk menjadi teman dari suka duka.
Akupun pernah menanam serpihan benci, menolak rindu yang mengakar.
Lalu, kemarin aku mempertahankanmu untuk menjadi teman dari suka duka.
Lalu katamu, ingin pergi.
Menghilang.
Jauh.
Menghilang.
Jauh.
Kamu pernah menjadi pusat doa-doaku.
Luka dan perih.
Senang dan sedih.
Luka dan perih.
Senang dan sedih.
Kini giliranku yang melepasmu.
Tidak lagi menjadikanmu rumah untuk cerita.
Tidak lagi merindukanmu untuk menjadi sandaran.
Tidak lagi menahanmu untuk tetap disisi.
Tidak lagi menjadikanmu rumah untuk cerita.
Tidak lagi merindukanmu untuk menjadi sandaran.
Tidak lagi menahanmu untuk tetap disisi.
Katamu ingin pergi, bukan?
Maka akan kujadikan kamu mimpi dalam tidurku.
Kenangan dalam perjalananku.
Maka akan kujadikan kamu mimpi dalam tidurku.
Kenangan dalam perjalananku.
Subscribe to:
Posts (Atom)