Aug 1, 2013

7





Kalau berlari semelelahkan ini, lebih baik aku berjalan. Tetapi dengan berjalan, kaki itu justru terasa sakit untuk melangkah. Bagaimana dengan berhenti? Tidak, lebih baik aku berbalik dan meniti jalan dengan pelan-pelan. Dibandingkan berhenti, dan, hanya menjadi penonton perjalanan orang lain? Tidak. Aku ingin menjadi bagian dari perjalanan itu. Bahkan perjalananku sendiri.

Kadang aku bertanya, pada bagian hidup yang mana orang memutuskan untuk menyerah, kalah, dan berhenti. Lantas, menjadi penonton setia kebahagiaan dan tangis orang lain. Kadang menjadi penonton saja tidak cukup. Kau hanya bisa melihat, mendengar, -mungkin bisa merasakan. Kau mungkin penonton yang baik, tetapi kau bukanlah perasa yang baik. Jadi, jagalah tutur katamu agar tidak merusak keadaan orang lain. Karna kau tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya. 

Ketika tangismu terurai, bukan karna kesedihan yang luar biasa. Tetapi karna segelintir kebahagiaan yang begitu mengharukan. 

Ketika tawamu pecah, bukan karna kebahagiaan yang tak dapat dibendung. Tetapi karna kepedihan yang menyayat. 

Ketika bibirmu berkerut cemberut, bukan karna marah akan sesuatu. Tetapi karna hal kecil yang manis tetapi menyebalkan. 

Sesekali, cobalah berjalan. Menguntai jalan setapak untuk kehidupanmu sendiri. Merasakan setiap jengkal rasa sakit dan kebahagiaan yang menaik turunkan emosi mu. Kadang beberapa orang mengawali sesuatu dengan ketakutan, dan kadang pula hal itu tidak berakhir dengan begitu baik. Bukan kau yang harusnya takut pada keadaan. Tetapi keadaan yang takluk dihadapanmu. Kau bisa jadi adalah bagian dari mimpi seseorang. 

Dengan begitu, tetaplah berjalan. Tidak perlu berlari untuk cepat sampai. Cukup rasakan setiap gelenyar rasa pada setiap sel tubuhmu ketika kau menghabiskan setiap detik mu bersama orang yang kau sayang. Ketika kau merasakan sakit karna terjatuh oleh kerikil kecil. Bangunlah, dan berjalan lagi. Dan terus berjalan. 



No comments:

Post a Comment