Laut biru itu terlihat begitu menggoda
Seakan meminta separuh tubuh ini mengikuti arusnya
Suara debur ombak yang memabukkan
Aku pernah mengarungi laut biru itu
Berkali-kali, tetapi aku sering kali tertinggal bahkan
tenggelam
Hingga akhirnya aku berenang ke daratan, sendirian
Tetapi kini, ada kau yang menuntun tangan ini untuk mendekat
Hingga aku terlena, dan akhirnya melawan debur ombak yang
menampar.
Aku pun tersadar, aku berenang terlalu jauh...dan jauh
Sedangkan kau? Kembali ke daratan, meninggalkanku
Sampai pada akhirnya, aku tenggelam, dan lagi-lagi sendirian
Rasanya sesak, menusukku hingga dasar terdalam
Aku tidak lagi tahu cara mengayunkan kaki ku untuk ke
daratan
Seharusnya, aku tidak mengikuti langkah kaki mu yang begitu
manis
Seharusnya, kau yang mengulurkan tanganmu untuk menarikku ke
daratan
Seharusnya, kau....tidak meninggalkanku
Dan ternyata, kata ‘seharusnya’ itu hanyalah harap semata
Lalu, disinilah aku. Bersama sebuah ketenangan setipis
kertas
Bersama keberanian sekeras besi
Dan kesendirian dalam sebuah kebisingan laut malam
Laut biru itu, sering orang bilang sayang
Terimakasih telah menenggelamkanku dengan rasa sayang padamu
Tetapi kini aku telah mampu bernafas tanpa tuntunan darimu
Terimakasih telah meninggalkanku
Hingga nanti, aku akan berenang mengarungi laut biru yang
lain, dan bersama yang lain juga.
No comments:
Post a Comment