Feb 25, 2013

-3

Menunggu itu menyebalkan ya?
Tetapi justru, banyak orang yang melakukan hal menyebalkan itu.

Rumah itu masih sama. Rumah itu, kamu. Dengan tirai tertutup dan pintu jati yang enggan terbuka. Terimakasih karna kau telah menyediakan kursi untukku menunggu. Bahkan hingga kursi itupun lapuk digerogoti rayap, kaki ini tetap bersimpuh didepan pintu jati itu. Menunggu untuk kesekian kalinya, untuk kesekian lamanya. Yang bahkan tak ada setetes tinta pun yang menjamin pintu jati itu akan terbuka. Dan sampai kumpulan kata ini pun terbentuk, pintu itu pun tetap tidak pernah terbuka.

Aku masih sama. Si Penakut yang hanya bisa bersembunyi dibalik pilar keegoisan. Yang hanya menikmati perasaannya untuk dirinya sendiri. Ah, menikmati? Benarkah rasa ini harus kubagi? Padahal, kau sendiri telah memiliki perasaan yang sudah kau bagi dengan yang lain. Masih memerlukan kah kau keping-keping rasa penuh harap ini? Yang meski dalam diam, masih berharap kau sudi tuk mengambilnya.

Aku memang Si Penakut yang tak pernah mampu menggerakkan kakinya untuk maju meski hanya selangkah. Aku memang Si Penakut yang tertunduk kala melihat segelintir kebahagiaanmu bersamanya. Aku memang Si Penakut yang mempunyai seribu satu alasan untuk membisu.

Tetapi aku juga Si Pemberani. Yang berani menanggung sakit hanya karna melihat siluet senyummu dengannya. Yang berani tetap berhadapan denganmu, meskipun sering kali kau lempari kerikil yang menyakiti. Yang berani ikut tertawa denganmu, ketika mendengar ceritamu tentangnya. Yang berani menyukaimu, meskipun tanpa balasan sekalipun.

Ternyata benar ya, alasan lelah tak mampu membuatku berhenti. Seletih apapun kaki ini melangkah, mata ini memang masih tertuju pada sosokmu.

1 comment:

  1. omg, that last sentence..........................i's so fuckin trueeeeeeeeeeeeeee.

    ReplyDelete