Mar 3, 2018

24

Aku gemuruh yang mengusik heningmu
Maaf, jika rindu ku terlalu bising
Hingga hanya bisa diredam dengan suaramu

Aku akan bertahan sebentar lagi
Mungkin sewindu
Atau tengah malam nanti

Aku akan menunggu sampai pagi
Sembari menyesap kopi
Lantas terlintas tawamu
Hingga hanya manis yang terasa sampai nadi.

Aug 10, 2017

23

Kamu tidak perlu menjadi api untuk lebur bersamaku.
Cukup menjadi senja, yang hangatnya kutunggu dalam sore.

Kamu tidak perlu menjadi laut yang menenggelamkan.
Cukup menjadi sungai, maka akan aku ikuti setiap arusnya.

Kamu tidak perlu menjadi badai yang meruntuhkan.
Cukup menjadi hujan, maka akan kucintai kamu di setiap rintiknya.


Apr 3, 2017

22

Mungkin, lagi-lagi ini tentangmu
Jika ini tentang seberapa besar rasa ku padamu

Maka, aku mencintamu tanpa titik
Rinduku padamu tanpa tetapi
Retak dalam dadaku terisi oleh namamu
Asa tentang kita kubiarkan jatuh hingga bisa kuinjak sendiri.
Ini bukan lagi perihal memiliki

Aku hanya karang yang mengamati laut bercumbu dengan pantai
Aku adalah bumi yang menerima hujan berjatuhan
Aku bukan bintang yang kamu tunjuk kala malam
Aku tidak terselip dalam sujudmu

Aku adalah aku, yang mencintaimu berkali-kali.

21

Puisiku kesepian malam ini
Aku meradang dalam keramaian ibukota
Resah melayang seiring asap rokok yang kuhirup perlahan
Nyanyian elegi mengalun lembut mengejek

Pengemis bersimpuh tak tahu malu
Akupun terduduk merenung
Anak kecil tertawa riang dengan balon ditangan mungilnya

Gemuruh dalam dadaku menuntut jatuh
Rasa ku bagai badut dipasar malam
Aku mengiba dengan duka

"Adik, bisakah kau bagi sedikit kebahagiaanmu untukku?"
Aku layaknya pengemis tak tahu diri
Meluruh demi kebahagiaan yang tak pernah ku miliki.

Feb 8, 2017

20

Aku pernah memperjuangkanmu untuk menjadi rumah.
Akupun pernah menanam serpihan benci, menolak rindu yang mengakar.
Lalu, kemarin aku mempertahankanmu untuk menjadi teman dari suka duka.

Lalu katamu, ingin pergi.
Menghilang.
Jauh.

Kamu pernah menjadi pusat doa-doaku.
Luka dan perih.
Senang dan sedih.
Kini giliranku yang melepasmu.

Tidak lagi menjadikanmu rumah untuk cerita.
Tidak lagi merindukanmu untuk menjadi sandaran.
Tidak lagi menahanmu untuk tetap disisi.
Katamu ingin pergi, bukan?

Maka akan kujadikan kamu mimpi dalam tidurku.
Kenangan dalam perjalananku.

Oct 8, 2016

19

Malam ini, aku mengintip dibalik jendela. Hujan yang menderas, mengingatmu disetiap rintiknya.

Rinduku sudah menjadi badai, bukan lagi gerimis kecil yang biasa kita lewati dengan berlari-lari.
Lampu kota mengingatkanku denganmu yang sering berjalan di trotoar dengan senyum bulan sabit andalanmu. Katamu, dunia ini indah. Aku hanya tertawa mendengarnya, salah satu yang membuat duniaku indah adalah kamu.

Suara detik jam mengingatkanku akan keheninganmu kala itu. Yang hanya terdiam dikursi dengan kerutan di dahi. Katamu, hidup ini sulit. Aku hanya tertawa mendengarnya, mencintaimu juga sama sulitnya.

Pepohonan rindang mengingatkanku denganmu yang menarikku untuk duduk dibawahnya. Katamu, pergi lebih baik. Aku lagi-lagi hanya tertawa, aku bukan lagi apa-apa.




Sep 27, 2016

18

Kau sajak-sajak puisiku
Doa-doa kecilku
Rintihan tangisku

Kau luka yang menganga
Perih yang memerah
Pilu yang terlalu

Tahukah kamu?

Langit bukan lagi tempatku pulang
Lenganmu terasa lebih hangat dari itu

Laut bukan lagi tempatku berenang
Matamu terasa lebih menghanyutkan dari itu

Dan rumah, bukan lagi tempat yang sama
Jika bukan dalam rengkuhmu


Jul 16, 2016

17

Senyum atau tawa
Aku tak bisa memilih jika itu milikmu
Mata atau bibir
Bagaimana aku bisa mengalihkan pandanganku dari sana?
Peluk atau kecup
Keduanya sama hangatnya.
Aku atau dia
Bukankah akan selalu dia yang jadi jawabnya?

Jun 15, 2016

16

Halo kamu, si paling aku rindukan.

Kamu tau apa yang lebih manis dari gulali? Tawa kamu. Aku pernah bilang kan, aku suka denger suara ketawa kamu. Apalagi kalau sebabnya karna aku. Aku pernah bilang juga kan, rasanya aku mau denger suara tawa kamu sampai seterusnya. Terus kamu jawab, emang aku orang gila apa ketawa terus? Padahal bukan, bukan kamu yang gila. Tapi aku. Gila karna tawa kamu. Candu ku.
Kamu tau gak gulali itu bisa bikin sakit gigi?  Iya, kamu juga bisa bikin aku sakit. Sakit sekali sampai rasanya udah gak manis lagi. Pahit. Tapi kok kamu gak ngasih aku obat sih? Dulu kalau aku sakit, kamu ada buat jadi obat aku. Sekarang kamu kemana? Kenapa lari?

Oh iya, aku lupa. Maaf ya. Aku lupa kalo kamu, menurut aku itu semanis gulali. Bahkan lebih manis lagi. Lebih berarti lagi.

Tapi, menurut kamu aku bukan apa-apa ya? Maaf kalau aku egois, cuman mau rasa manis kamu buat aku aja. Maaf kalau aku cuman bisa jadi penikmat manis kamu aja. Tapi kamu sendiri gak bisa merasakan manis waktu sama aku.

Hey, kamu udah menemukan penikmat mu yang lain. Sampaikan salamku ya. Bilangin ke dia, tolong jaga tawa kamu baik-baik. Aku gak mau candu ku sampai hilang, meskipun udah gak bisa aku nikmati lagi. Sampaikan juga sama dia, tolong buat kamu bahagia. Karna yang paling aku harapkan, kebahagiaanmu.

Dari, penikmat tawa mu.